Minggu, 18 Januari 2015

Sejarah Dunia Perserikatan (Perburuhan) hingga Buruh Go Politics



Ada beberapa fakta menarik soal buruh go politics ini. Ada pergeseran pola hubungan antara aksi politik yang sekarang dengan masa-masa sebelumnya. Di masa sebelum kemerdekaan, orde lama, dan orde baru, buruh adalah sayap politik dari parpol. semua parpol punya sayap organisasi buruh. Partai-partai besar pemenang pemilu 1955 punya sayap organisasi buruh.  NU punya SARBUMUSI (Sarekat Buruh Muslim Indonesia), Masyumi punya GASBIINDO (Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia). PNI punya KBKI (Kesatuan Buruh Kerakyatan Indonesia). PKI punya SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia). Partai2 lain peserta pemilu 1955 juga punya sayap buruh, tapi karena partai mereka tidak besar, maka sayap organsasi buruhnya juga tidak besar.
Pola zaman itu adl partai mendirikan organisasi buruh dan mengajak buruh menjadi anggota mereka. Buruh dipakai sebagai alat untuk kepentingan partai.Seperti beberapa twitnya Ustadz  @anismatta, masa orde lama semua bebas aksi, tapi tidak ada kesejahteraan. Buruh bebas demo, tapi perutnya lapar.

Masa orde baru sebaliknya. karena pembangunan adalah panglima, aksi buruh harus diredam. Semua organisasi buruh disatukan dalam satu wadah. Tujuannya supaya stake holder tidak pusing dengan tuntutan buruh yang beraneka ragam. Beda organisasi beda tuntutan, kapan membangunnya?
Maka di masa orde baru, ada pembangunan tapi tidak ada kebebasan. Buruh yang bersuara berbeda langsung dicap PKI, dan masuk penjara. Sementara partai penguasa juga tergoda untuk mengkooptasi organisasi buruh. Maka jadilah FSPSI sebagai organisasi buruh satu-satunya pada masa itu.

FSPSI organisasi buruh satu-satunya pada masa orba menjadi sayap politik partai penguasa, posisi buruh dalam politik tetap sebagai pelengkap penderita. Trauma ini sangat membekas pada masa awal reformasi. Buruh menjadi sangat alergi terhadap politik. Tetapi menaker di awal reformasi adalah ketua FSPSI. Masa Gusdur, pejabat menaker adalah Bomer Pasaribu. Masa Megawati adalah Jacob Nuwawea. Dua orang ini adalah aktivis buruh, pernah menjadi ketua FSPSI. Tetapi di lapangan, kondisi bicara lain. Bandul gerakan buruh di akar rumput justru menjauh dari politik. FSPSI terfragmentasi dalam banyak kelompok.

Setelah Soeharto jatuh,Habiebie meratifikasi konvensi ILO tentang kebebasan berserikat. Semua boleh bikin serikat buruh. FSPSI bukan lagi satu-satunya organisasi buruh di negeri ini.
Tak sampai menunggu tahun berganti, masih 1998 muncul FSPSI reformasi. Lalu organisasi-organisasi yang awal orba dipaksa melebur, langsung memisahkan diri. Muncul kembali organisasi-organisasi buruh dengan nama yang lama, ada GASBIINDO, SARBUMUSI, KBKI, dan lain-lain. Juga muncul nama-nama baru yang tidak punya sejarah sebelumnya. Di tubuh FSPSI sendiri juga banyak faksi-faksi dengan afiliasi politik masing-masing. Akibatnya buruh muak dengan aksi politik elit-elitnya (beresin dulu organisasi).

Di FSPSI reformasi juga muncul pecahan-pecahan baru. Akibatnya awal tahun 2000, federasi yang terdaftar di kemenaker mencapai 84 organisasi buruh. Bayangkan rumitnya penyusunan UU 21/2000 tentang SP/SB. SP yang minta didengar dan ditampung aspirasinya diatas 80an, semua bebas bicara.
Nah, diantara pecahan FSPSI ada sektor logam elektronik mesin, disingkat FSP LEM SPSI, ditingkat elitnya ada ketidak cocokan, sebagian FSP LEM SPSI mendirikan FSPMI, basisnya adalah industri elektronik, grup panasonic dan otomotif grup astra, tapi tidak semua ikut. Dengan tingkat upah yang di atas sektor lain, plus pendidikan formal, anggota FSPMI lebih baik dibanding federasi yang lain. FSPMI melakukan konsolidasi internal dengan sangat baik.

Pasca reformasi juga memunculkan serikat buruh lain yang tidak punya sejarah dengan organisasi masa sebelumnya, diantaranya ASPEK Indonesia. Basis utama ASPEK Indonesia pada awal berdirinya adalah sektor perbankan swasta karena banyak bank swasta tiba-tiba tutup pada awal reformasi. Pekerja di sektor perbankan yang booming di akhir orde baru akhirnya sadar bahwa mereka adalah buruh juga. Maka mereka mendirikan ASPEK Indonesia. Lalu ASPEK Indonesia merambah sektor lainnya, masuklah sektor telekomunikasi, percetakan, media massa dan lain-lain. Banyak perusahaan beken bergabung disini, ada indosat, XL-axiata, telkomsel, pos indonesia, hero, tiptop, dan lain-lain. Anggota mereka buruh sektor jasa.
Dua serikat buruh inilah FSPMI + Aspek Indonesia, yg awalnya menggagas terbentuk KSPI. Jadi KSPI memang berawal dari kelompok buruh apolitis.

Mencermati hubungan organisasi buruh terhadap parpol, bandul nya semakin bergerak ke tengah. Berbeda dengan hubungan masyarakat dengan negara pasca orde baru yang berat ke politik (orla) dan ke pembangunan (orba), gerakan buruh mulai seimbang sekarang ini. Hubungan buruh dengan politik selalu menjadi sub ordinat, dan belum pernah sebagai subjek. Padahal sebagai bagian dari masyarakat, idealnya buruh juga menjadi subjek.

Pada masa orla buruh menjadi sayap politik untuk kepentingan parpol, masa orba buruh menjadi mesin politik parpol penguasa, yang  sejahtera paling elit2nya. Itulah sebabnya, pada awal reformasi mayoritas buruh alergi dengan politik. Kalimat "buruh dimanfaatkan", “buruh ditunggangi” selalu diulang-ulang.

Jadi di awal reformasi, buruh menjadi apolitis untuk beberapa saat. Mereka mengambil jarak dengan parpol, tapi banyak fungsionarisnya tetap kader parpol. Beberapa aktivis buruh tetap muncul sebagai caleg di berbagai parpol pada pemilu 2004 dan 2009, tapi umumnya aktivis yang sudah lama jadi kader parpol.

Pasca reformasi dinamika gerakan buruh intensitasnya makin naik, sementara gerakan mahasiswa justru semakin kehilangan greget. Federasi-federasi serikat buruh yang berjumlah lebih dari 80an pasca 1998 mulai terkonsolidasi menjadi konfederasi SP-SB pada tahun 2002-2003. Awalnya 17 sektor industri dari FSPSI orde baru membentuk federasi masing-masing. Lalu kemudian membentuk KSPSI, levelnya konfederasi.
SBSI juga tidak ketinggalan, sektor-sektornya menjadi federasi masing-masing, dan membentuk KSBSI. Buruh SBSI adalah antitesa dari FSPSI di masa orba.
Jadi kesimpulan sederhananya, baik KSPSI maupun KSBSI saat ini punya hubungan historis dengan gerakan buruh masa orba.

Yang menarik adalah KSPI (Kongres Serikat Pekerja Indonesia) dan KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia). Dua entitas ini tidak punya hubungan langsung dengan sebelumnya. KSPI berbasis federasi yang beraneka latar belakang, anggotanya bukan cuma federasi serikat buruh pabrikan, PGRI juga menjadi anggotanya. PGRI sebagai wadah kumpulan guru, mencatatkan diri sebagai serikat buruh di Depnaker pasca reformasi, dan betul-betul beraktivitas sebagaimana SP/SB. Saat terbentuk KSPI, PGRI bergabung di dalamnya, dan sejak itu KSPI bukan cuma bicara isu buruh pabrik, tapi juga buruh sektor pendidikan. Sementara KASBI adalah pelanjut FNPBI-nya Dita Indah Sari. Walau tidak pernah diakui, kawan-kawan Dita banyak menjadi fungsionaris KASBI. Dita sendiri sebagai aktivis buruh berhaluan kiri justru meredup bintangnya setelah direkrut sebagai staf ahli menakertrans oleh Muhaimin Iskandar.

Diantara empat konfederasi buruh ini, yang solid secara organisasi cuma KSPI. Tiga konfederasi lainnya punya masalah di internal mereka.KSPSI saat ini terbelah menjadi dua gerbong besar, gerbong Yorrys Ra weyai dan Andi Gani Nuwa Wea. Masing-masing mereka adalah orang partai. Tarik menarik antara keduanya di internal organisasi buruh ini bisa dilihat langsung. Yorrys ke Golkar dan Andi Gani ke PDIP. Sementara di konferasi lainnya, KSBSI juga punya masalah internal yang tak kalah pelik. Asal KSBSI adalah SBSI-nya Mukhtar Pakpahan. KSBSI pimpinan Mudhofir saat ini sepertinya tidak sejalur dengan si opung sebagai perintis SBSI, sehingga muncul SBSI 92 pimpinan Sunarti, anak emas si opung.

Deklarasi SBSI (Pecah Kongsi ? Kemana Arah Perjuangan buruh?) terjadi pasca terpilihnya mudhofir sbg ketua KSBSI bisa dilihat disini http://t.co/Wvg9IOnLbj

Dengan kondisi seperti itu, masing-masing lokomotif di KSBSI dan KSPSI mengklaim masing-masing sebagai pemilik di basis buruh. Tak ada gono-gini di tingkat basis. Maksudnya, basis serikat buruh di sebuah perusahaan diklaim sebagai anggota oleh masing-masing elitnya. Dua2nya bilang punya basis di situ. runyam…!?! Kemudian elitnya di konfederasi asyik dengan aksi politiknya. organisasi buruh nya autopilot. Ini yang membuat basis makin apolitik.

Lalu bagaimana dengan KASBI? sebagai konfederasi buruh dengan haluan ideologi kiri, mereka apolitis. Aktivis yang masuk kekuasaan mereka anggap menyimpang.
Coba tanya pada kawan-kawan aktivis buruh kiri idealis tentang Dita, Andi Arief, atau Budiman Sujatmiko, pasti mereka mendapat cap "menyimpang”.
Untuk gambaran jelas tentang KASBI, silakan mampir ke oficial websitenya http://t.co/2yContN30G

Lalu bagaimana dengan KSPI, yang cakupan basisnya lebih beragam dan paling aktif dalam berbagai aksi buruh di lapangan. Faksionalisasi juga ada. Fakta yg sering diangkat adalah sosok Said Iqbal yang tampil sebagai caleg buruh PKS pada pemilu 2009, tapi tidak jadi caleg dimanapun pada pileg 2014. Akibatnya KSPI dianggap sbg afiliasi PKS. Analisa dangkal karena cemburu tidak bisa menarik Said Iqbal ke salah satu parpol.
Sementara di PKS, Said Iqbal dianggap orang baik yang bisa diajak bekerja sama, seperti Misbakhun yang sukses masuk DPR 2009 dari PKS, walaupun pada pemilu 2014 beliau menjadi caleg partai golkar.
Said Iqbal pernah jadi caleg PKS di pileg 2009, sebagaimana Bambang Wirahyoso, Joko Heryono, Harjono, dan lain-lain. Semua adalah tokoh buruh tingkat nasional. Tapi tidak ada keramaian tentang Bambang Wirahyoso yang pindah ke demokrat, atau Joko Heryono yang jadi caleg PBB 2014. Khusus untuk Said Iqbal, sering diangkat bahwa dia mantan caleg PKS 2009, aktivis buruh yg lain tidak, karena aktivis lain sudah pindah partai.

Sejatinya, KSPI justru bermitra dengan adil terhadap semua partai. Aktivis-aktivis buruh KSPI dititipkan pada banyak partai untuk menjadi caleg pd 2014. Tidak terjadi faksionalisasi yang tajam di dalam KSPI, karena caleg-caleg yang tampil adalah yang disepakati di internal. Mereka sebut sebagai "Buruh Go Politics”. Pada pileg 2014, aktivis-aktivis KSPI tampil sebagai caleg buruh di banyak partai, seperti PKS, PDIP, Gerindra, Demokrat, PAN, PBB, Hanura. Mereka menjadi caleg membawa misi organisasi buruh, bukan karena kader partai tapi ditugaskan organisasi KPSI untuk berjuang di parlemen.

KSPI lebih maju selangkah dalam berpolitik. Polanya adalah mereka punya orang dan massa, silakan partai bawa orang ini sebagai caleg buruh. Caleg-caleg ini akan membawa aspirasi buruh di parlemen. Komitmen terhadap buruh dianggap lebih kuat dapirada terhadap partai, karena back up penuh organisasi.

Sumber: Kultwit Budi Setiadi @budi_buruh  http://chirpstory.com/li/203723

Tidak ada komentar:

Posting Komentar