Ada beberapa fakta menarik soal buruh go
politics ini. Ada pergeseran pola hubungan antara aksi politik yang sekarang dengan
masa-masa sebelumnya. Di masa sebelum kemerdekaan, orde lama, dan orde baru,
buruh adalah sayap politik dari parpol. semua parpol punya sayap organisasi buruh.
Partai-partai besar pemenang pemilu 1955 punya sayap organisasi buruh. NU punya SARBUMUSI (Sarekat Buruh Muslim Indonesia),
Masyumi punya GASBIINDO (Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia).
PNI punya KBKI (Kesatuan Buruh Kerakyatan Indonesia). PKI punya SOBSI (Sentral
Organisasi Buruh Seluruh Indonesia). Partai2 lain peserta pemilu 1955 juga
punya sayap buruh,
tapi karena partai mereka tidak besar, maka sayap organsasi buruhnya juga tidak
besar.
Pola zaman itu adl partai
mendirikan organisasi buruh dan mengajak buruh menjadi anggota mereka. Buruh
dipakai sebagai alat untuk kepentingan partai.Seperti beberapa twitnya Ustadz @anismatta, masa orde lama semua bebas aksi, tapi tidak ada
kesejahteraan. Buruh
bebas demo, tapi perutnya lapar.
Masa orde baru sebaliknya. karena
pembangunan adalah panglima, aksi buruh harus diredam. Semua organisasi buruh disatukan dalam
satu wadah. Tujuannya supaya stake holder tidak pusing dengan tuntutan buruh yang
beraneka ragam. Beda organisasi beda tuntutan, kapan membangunnya?
Maka di masa orde baru, ada pembangunan
tapi tidak ada kebebasan. Buruh yang bersuara berbeda langsung dicap PKI, dan masuk
penjara. Sementara partai penguasa juga tergoda untuk mengkooptasi organisasi buruh. Maka
jadilah FSPSI sebagai organisasi buruh satu-satunya pada masa itu.
FSPSI organisasi buruh satu-satunya
pada masa orba menjadi sayap politik partai penguasa, posisi buruh dalam politik
tetap sebagai pelengkap penderita. Trauma ini sangat membekas pada masa awal
reformasi. Buruh
menjadi sangat alergi terhadap politik. Tetapi menaker di awal reformasi adalah
ketua FSPSI. Masa Gusdur, pejabat menaker adalah Bomer Pasaribu. Masa Megawati
adalah Jacob Nuwawea. Dua orang ini adalah aktivis buruh, pernah
menjadi ketua FSPSI. Tetapi di lapangan, kondisi bicara lain. Bandul gerakan buruh di akar
rumput justru menjauh dari politik. FSPSI terfragmentasi dalam banyak kelompok.
Setelah Soeharto jatuh,Habiebie meratifikasi
konvensi ILO tentang kebebasan berserikat. Semua boleh bikin serikat buruh. FSPSI
bukan lagi satu-satunya organisasi buruh di negeri ini.
Tak sampai menunggu tahun
berganti, masih 1998 muncul FSPSI reformasi. Lalu organisasi-organisasi yang
awal orba dipaksa melebur, langsung memisahkan diri. Muncul kembali
organisasi-organisasi buruh dengan nama yang lama, ada GASBIINDO, SARBUMUSI,
KBKI, dan lain-lain. Juga muncul nama-nama baru yang tidak punya sejarah sebelumnya.
Di tubuh FSPSI sendiri juga banyak faksi-faksi dengan afiliasi politik
masing-masing. Akibatnya buruh muak dengan aksi politik elit-elitnya (beresin dulu
organisasi).
Di FSPSI reformasi juga muncul
pecahan-pecahan baru. Akibatnya awal tahun 2000, federasi yang terdaftar di
kemenaker mencapai 84 organisasi buruh. Bayangkan rumitnya penyusunan UU 21/2000 tentang
SP/SB. SP yang minta didengar dan ditampung aspirasinya diatas 80an, semua
bebas bicara.
Nah, diantara pecahan FSPSI ada
sektor logam elektronik mesin, disingkat FSP LEM SPSI, ditingkat elitnya ada
ketidak cocokan, sebagian FSP LEM SPSI mendirikan FSPMI, basisnya adalah
industri elektronik, grup panasonic dan otomotif grup astra, tapi tidak semua
ikut. Dengan tingkat upah yang di atas sektor lain, plus pendidikan formal,
anggota FSPMI lebih baik dibanding federasi yang lain. FSPMI melakukan
konsolidasi internal dengan sangat baik.
Pasca reformasi juga memunculkan
serikat buruh
lain yang tidak punya sejarah dengan organisasi masa sebelumnya, diantaranya ASPEK
Indonesia. Basis utama ASPEK Indonesia pada awal berdirinya adalah sektor
perbankan swasta karena banyak bank swasta tiba-tiba tutup pada awal reformasi.
Pekerja di sektor perbankan yang booming di akhir orde baru akhirnya sadar
bahwa mereka adalah buruh juga. Maka mereka mendirikan ASPEK Indonesia. Lalu ASPEK
Indonesia merambah sektor lainnya, masuklah sektor telekomunikasi, percetakan,
media massa dan lain-lain. Banyak perusahaan beken bergabung disini, ada
indosat, XL-axiata, telkomsel, pos indonesia, hero, tiptop, dan lain-lain. Anggota
mereka buruh
sektor jasa.
Dua serikat buruh inilah
FSPMI + Aspek Indonesia, yg awalnya menggagas terbentuk KSPI. Jadi KSPI memang
berawal dari kelompok buruh apolitis.
Mencermati hubungan organisasi buruh terhadap
parpol, bandul nya semakin bergerak ke tengah. Berbeda dengan hubungan masyarakat
dengan negara pasca orde baru yang berat ke politik (orla) dan ke pembangunan
(orba), gerakan buruh mulai seimbang sekarang ini. Hubungan buruh dengan
politik selalu menjadi sub ordinat, dan belum pernah sebagai subjek. Padahal sebagai
bagian dari masyarakat, idealnya buruh juga menjadi subjek.
Pada masa orla buruh menjadi
sayap politik untuk kepentingan parpol, masa orba buruh menjadi mesin politik
parpol penguasa, yang sejahtera paling
elit2nya. Itulah sebabnya, pada awal reformasi mayoritas buruh alergi dengan
politik. Kalimat "buruh dimanfaatkan", “buruh ditunggangi” selalu
diulang-ulang.
Jadi di awal reformasi, buruh menjadi apolitis
untuk beberapa saat. Mereka mengambil jarak dengan parpol, tapi banyak fungsionarisnya
tetap kader parpol. Beberapa aktivis buruh tetap
muncul sebagai caleg di berbagai parpol pada pemilu 2004 dan 2009, tapi umumnya
aktivis yang sudah lama jadi kader parpol.
Pasca reformasi dinamika gerakan buruh
intensitasnya makin naik, sementara gerakan mahasiswa justru semakin kehilangan
greget. Federasi-federasi serikat buruh yang berjumlah lebih dari 80an pasca 1998 mulai
terkonsolidasi menjadi konfederasi SP-SB pada tahun 2002-2003. Awalnya 17
sektor industri dari FSPSI orde baru membentuk federasi masing-masing. Lalu
kemudian membentuk KSPSI, levelnya konfederasi.
SBSI juga tidak ketinggalan,
sektor-sektornya menjadi federasi masing-masing, dan membentuk KSBSI. Buruh SBSI adalah
antitesa dari FSPSI di masa orba.
Jadi kesimpulan sederhananya,
baik KSPSI maupun KSBSI saat ini punya hubungan historis dengan gerakan buruh masa
orba.
Yang menarik adalah KSPI (Kongres
Serikat Pekerja Indonesia) dan KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia).
Dua entitas ini tidak punya hubungan langsung dengan sebelumnya. KSPI berbasis
federasi yang beraneka latar belakang, anggotanya bukan cuma federasi serikat buruh pabrikan,
PGRI juga menjadi anggotanya. PGRI sebagai wadah kumpulan guru, mencatatkan
diri sebagai serikat buruh di Depnaker pasca reformasi, dan betul-betul
beraktivitas sebagaimana SP/SB. Saat terbentuk KSPI, PGRI bergabung di
dalamnya, dan sejak itu KSPI bukan cuma bicara isu buruh pabrik, tapi
juga buruh sektor pendidikan. Sementara KASBI adalah pelanjut FNPBI-nya Dita
Indah Sari. Walau tidak pernah diakui, kawan-kawan Dita banyak menjadi
fungsionaris KASBI. Dita sendiri sebagai aktivis buruh berhaluan
kiri justru meredup bintangnya setelah direkrut sebagai staf ahli menakertrans
oleh Muhaimin Iskandar.
Diantara empat konfederasi buruh ini, yang
solid secara organisasi cuma KSPI. Tiga konfederasi lainnya punya masalah di
internal mereka.KSPSI saat ini terbelah menjadi dua gerbong besar, gerbong
Yorrys Ra weyai dan Andi Gani Nuwa Wea. Masing-masing mereka adalah orang
partai. Tarik menarik antara keduanya di internal organisasi buruh ini bisa
dilihat langsung. Yorrys ke Golkar dan Andi Gani ke PDIP. Sementara di
konferasi lainnya, KSBSI juga punya masalah internal yang tak kalah pelik. Asal
KSBSI adalah SBSI-nya Mukhtar Pakpahan. KSBSI pimpinan Mudhofir saat ini sepertinya
tidak sejalur dengan si opung sebagai perintis SBSI, sehingga muncul SBSI 92
pimpinan Sunarti, anak emas si opung.
Deklarasi SBSI (Pecah Kongsi ?
Kemana Arah Perjuangan buruh?) terjadi pasca terpilihnya
mudhofir sbg ketua KSBSI bisa dilihat disini http://t.co/Wvg9IOnLbj
Dengan kondisi seperti itu,
masing-masing lokomotif di KSBSI dan KSPSI mengklaim masing-masing sebagai pemilik
di basis buruh.
Tak ada gono-gini di tingkat basis. Maksudnya, basis serikat buruh di sebuah
perusahaan diklaim sebagai anggota oleh masing-masing elitnya. Dua2nya bilang
punya basis di situ. runyam…!?! Kemudian elitnya di konfederasi asyik dengan
aksi politiknya. organisasi buruh nya autopilot. Ini yang membuat basis makin apolitik.
Lalu bagaimana dengan KASBI? sebagai
konfederasi buruh
dengan haluan ideologi kiri, mereka apolitis. Aktivis yang masuk kekuasaan mereka
anggap menyimpang.
Coba tanya pada kawan-kawan
aktivis buruh
kiri idealis tentang Dita, Andi Arief, atau Budiman Sujatmiko, pasti mereka
mendapat cap "menyimpang”.
Untuk gambaran jelas tentang
KASBI, silakan mampir ke oficial websitenya http://t.co/2yContN30G
Lalu bagaimana dengan KSPI, yang
cakupan basisnya lebih beragam dan paling aktif dalam berbagai aksi buruh di
lapangan. Faksionalisasi juga ada. Fakta yg sering diangkat adalah sosok Said Iqbal
yang tampil sebagai caleg buruh PKS pada pemilu 2009, tapi tidak jadi caleg dimanapun
pada pileg 2014. Akibatnya KSPI dianggap sbg afiliasi PKS. Analisa dangkal karena
cemburu tidak bisa menarik Said Iqbal ke salah satu parpol.
Sementara di PKS, Said Iqbal
dianggap orang baik yang bisa diajak bekerja sama, seperti Misbakhun yang sukses
masuk DPR 2009 dari PKS, walaupun pada pemilu 2014 beliau menjadi caleg partai
golkar.
Said Iqbal pernah jadi caleg PKS
di pileg 2009, sebagaimana Bambang Wirahyoso, Joko Heryono, Harjono, dan lain-lain.
Semua adalah tokoh buruh tingkat nasional. Tapi tidak ada keramaian tentang
Bambang Wirahyoso yang pindah ke demokrat, atau Joko Heryono yang jadi caleg
PBB 2014. Khusus untuk Said Iqbal, sering diangkat bahwa dia mantan caleg PKS
2009, aktivis buruh
yg lain tidak, karena aktivis lain sudah pindah partai.
Sejatinya, KSPI justru bermitra dengan
adil terhadap semua partai. Aktivis-aktivis buruh KSPI
dititipkan pada banyak partai untuk menjadi caleg pd 2014. Tidak terjadi
faksionalisasi yang tajam di dalam KSPI, karena caleg-caleg yang tampil adalah
yang disepakati di internal. Mereka sebut sebagai "Buruh Go Politics”. Pada pileg 2014, aktivis-aktivis KSPI tampil sebagai caleg buruh di banyak
partai, seperti PKS, PDIP, Gerindra, Demokrat, PAN, PBB, Hanura. Mereka menjadi
caleg membawa misi organisasi buruh, bukan karena kader partai tapi ditugaskan organisasi
KPSI untuk berjuang di parlemen.
KSPI lebih maju selangkah dalam
berpolitik. Polanya adalah mereka punya orang dan massa, silakan partai bawa
orang ini sebagai caleg buruh. Caleg-caleg ini akan membawa aspirasi buruh di
parlemen. Komitmen terhadap buruh dianggap lebih kuat dapirada terhadap partai,
karena back up penuh organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar