Sabtu, 11 November 2017

Duka Sedalam Cinta Perjalanan Menuju Ridho-Nya

foto: tribunnews.com
Duka Sedalam Cinta (DSC) adalah sekuel dari Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP The Movie). Walaupun film ini bisa dibilang berdiri sendiri, namun menurut saya jika tidak menonton Film KMGP, di awal-awal film akan dibuat bingung dengan scene yang loncat-loncat. Namun bagi yang sudah menonton KMGP akan semakin menikmati film DSC tersebut.
Di awal film kita lihat sosok Gagah (Hamas Syahid) yang tercebur ke laut, yang tiba-tiba ada sososk Yudi (Masaji Wijayanto) yang menolongnya. Menurut saya ini kejutan, karena tidak terbayang sebelumnya di film KMGP, bahkan timbul pertanyaan, "Kok Yudi ada disitu?" Nah mulai paham alurnya ketika muncul sosok Kyai Ghufron (Ust Salim A Fillah) yang merupakan abang (Kakak) dari Yudi.
Dari sini banyak pesan-pesan moral, kepedulian terhadap lingkungan, dan tausiyah bergizi ala Kyai Ghufron a.k.a Ust Salim A Fillah, dan ini salah satunya, "Life is too short when we can't give something useful for the others, ini prinsip terimakasih, ada yang kita terima ada yang kita kasih, work hard and give hard".
Selain mendapatkan nutrisi bergizi, inspirasi, motivasi dan edukasi, di film DSC ini kita juga akan dimanjakan dengan pemandangan-pemandangan indah Ternate dan Halmahera Selatan. Dengan kata lain, selain mendapatkan pesan-pesan Qur'aniyah, kita juga akan pendapatkan pesan-pesan Kauniyah (alam). Seolah-olah ada Pesan CINTA dari Allah SWT yang disuguhkan dalam film ini untuk kita semua para penontonnya.
sumber foto: trailer youtube
Buat para jomblowers ada pesan menarik dari Kyai Ghufron tuh... ketika beliau sedang berbicara dengan Yudi adiknya, "Apa yang kamu pikirkan? Memikirkan tentang siapa calon pendampingmu kelak? Aku begitu mengenalmu, in sya Allah kamu layak mendapatkan seorang wanita salihah sebagai pendampingmu, dan aku selalu berdo'a, kamu akan mampu untuk menjadi seorang imam, yang akan menjaga dirimu dan keluargamu dari api neraka. In sya Allah.. In sya Allah..." (tuuuh... keren kan...!!!).
Di film ini kita juga diajarkan bagaimana menjaga dan memelihara potensi alam untuk kemakmuran warganya, dalam hal ini Pulau Bacan di Halmahera Selatan, penghasil batu bacan terbesar di Asia, bahkan dunia. Bagaimana seorang Bupati Halmahera Selatan, lebih melawan hegemoni asing dan memilih warganya (istilah kerennya sekarang pribumi) untuk mengelola kekayaan alam di daerahnya (dalam hal ini batu bacan). Tuh.. kurang kereeen apa coba...!!! Semoga bisa dicontoh oleh pemimpin daerah-daerah lain dalam memberdayakan warganya guna mengelola kekayaan alam di daerahnya.
Sutradara (Firmansyah), penulis skenario (Fredy Aryanto) dan produser KMGP-DSC (Helvy Tiana Rosa) yang merupakan penulis langsung karya fenomenal Ketika Mas Gagah Pergi, nampaknya ingin mengajak kita semua para penontonnya mengarungi perjalanan menuju Ridho-Nya, Ridho Allah SWT, dengan penggarapan film yang apik dan epik, tanpa menggurui, namun banyak pesan-pesan moral dan pesan-pesan CINTA tuk menuju Ridho-Nya.
Lanjut langsung ke inti dari film ini, yaitu tentang konflik Gagah, Gita (Aquino Umar), dan Mama (Wulan Guritno) yang nampaknya mulai ada titik temu yang bisa mengakurkan (mempersatukan) mereka kembali. Berawal dari tawuran pelajar dan tertusuknya Yudi karena melerai pelajar yang sedang tawuran tersebut. Gita mulai terngiang-ngiang seandainya yang tertusuk itu adalah Mas Gagah. Disitu Gita mulai menyadari kekeliruannya dan meminta maaf kepada Mas-nya (Mas Gagah).
Mas Gagah pun menyambut perubahan Gita dan terus memotivasi, serta meyakinkan Gita bahwa Mas Gagah ga akan pergi, Mas Gagah akan selalu dekat dengannya dan akan selalu dekat di hati Gita. Dan Gita pun terus menggali apa yang Mas Gagah ajarkan kepada Gita, hingga pada suatu seminar, Gita menanyakan tentang urgensi berjilbab. Dan salah satu pengisi seminar tersebut adalah Nadia Hayuningtyas (Izzah Ajrina) yang suka disapa Mba Nadia. Dan Gita pun nampak terpuaskan dengan jawaban-jawaban cerdas dan bernas Mba Nadia. Naaah... yang lagi galau untuk urusan berhijab atau menutup aurat tonton gih film ini, apalagi sampai lepas-pasang jilbab...?!? Na'udzubillah... di film ini kamu (wanita) akan merasakan sendiri inspirasi, motivasi dan edukasi tentang urgensi berhijab tanpa menggurui dan memaksa kamu untuk berhijab loh... OK mba bro..!!!
Tibalah saatnya Gita berhijrah untuk menutup auratnya. Ada sebuah pesan Mas Gagah yang selalu di ingat Gita, "Segala yang Allah janjikan berharga di dunia ini, semuanya dilindungi dan di sembunyikan. Dimana engkau menemukan emas dan permata? Jauh didalam tanah, tersembunyi dan dilindungi. Dimana engkau menemukan mutiara? Jauh didasar samudera, tertutup dan terlindungi oleh cangkang yang indah. Tubuhmu suci, engkau lebih berharga daripada emas, permata dan mutiara. Sudah saatnya dirimu ditutupi dan dilindungi".
DI film KMGP kita juga masih ingat pesan Mas Gagah, "Kalau kau tak setuju pada suatu kebaikan yang mungkin belum kau pahami, kau bisa tetap menghargainya". Itulah quote-quote Mas Gagah yang menurutku keren beud. 
Ditengah-tengah hijrahnya Gita, terjadilah konflik dan insiden di "Rumah Cinta"yang merupakan rumah singgah bagi anak-anak jalanan yang dibuat atas inisiasi Mas Gagah, bersama 3 preman insyaf, Bang Urip (Epy Kusnandar), Maxi (Abdur Arsyad) dan Asep Codet (M.Bagya). Gagah memberikan harapan baru bagi anak-anak jalanan untuk bisa belajar membaca, menulis dan belajar agama di Rumah Cinta. Dan takdir akhirnya kembali mempertemukan Gagah dan Yudi di Rumah Cinta tersebut, setelah lama berpisah sejak bertemu di Ternate dan Halmahera Selatan.
Insiden penyerangan Rumah Cinta oleh preman kampung sebelah, mengakibatkan Gagah harus dilarikan ke rumah sakit. Gita yang sudah berubah dan ingin menunjukkan perubahannya kepada Mas Gagah, hingga rela menunggu lama bersama Mama dirumah, langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Mas Gagah dirawat. 
Nah.. apa yang terjadi dengan Mas Gagah? Bagaimana nasib Gita, Yudi dan Mba Nadia selanjutnya? Saksikan film Duka Sedalam Cinta sekuel dari Film KMGP The Movie karya fenomenal dari Helvy Tiana Rosa. Layar DSC semakin terkikis, hingga tulisan ini dipublish hanya tinggal menyisakan 1 layar di CGV Transmart Cempaka Putih - Jakarta. Namun kalian yang belum nonton dan pengen nonton, bisa mengadakan nonton bareng (nobar) bersama komunitas, lembaga dan organisasi kamu, di daerah kamu masing-masing. Caranya kontak IG DSC kemudian ikuti langkah-langkah yang disarankan.
Orchestra Praha Mas Dwiki Dharmawan melengkapi keindahan film ini. Telinga kita dimanjakan dengan alunan-alunan musik yang sesuai dengan adegan-adegan yang ada di film ini. OST Film DSC sangat mendukung film ini, Rabbana yang dilantunkan Indah Nevertari, Jalan Yang Kupilih yang dilantunkan Hamas Syahid dan Pesan Cinta yang dilantunkan Ita Purnamasari, digarap secara apik oleh Mas Dwiki Dharmawan. Tentunya kita semua tak akan meragukan lagi kemampuan Dwiki Dharmawan Orchestra.
Catatan saya untuk film ini :
1. Di film DSC ada adegan Gita yang masih memakai seragam sekolah, namun tak ada adegan di sekolah seperti di film KMGP. Padahal adegan-adegan lucu Gita dan Tika serta teman-temannya di sekolah itu ngangenin, apalagi dengan kata-kata gaul Tika yang bikin film KMGP jadi gaol beud gtooh loh.. Jika di explore lagi di DSC, sepertinya akan semakin memanjakan kids zaman now ketika menonton film ini, selain pesan-pesan moral, motivasi, edukasi dan inspirasi yang ada didalamnya.
2. Insiden di Rumah Cinta, secara Mas Gagah pernah menjadi juara bela diri tae kwon do (di film KMGP), menurut saya akan lebih dramatis jika ada adegan berantem terlebih dahulu sebelum Mas Gagah dilarikan ke rumah sakit.
Sekian Review Film Duka Sedalam Cinta dari saya.

Mas Djoen (10/11/2017).

Senin, 30 Oktober 2017

Jihad Budaya Yang Penuh Duka Sedalam Cinta


Sebelum menggelar Gala Premiere Duka Sedalam Cinta (DSC) tanggal 18 Oktober 2017, tim dan kru Film DSC betul-betul berjihad fisabilillah agar film inspiratif ini bisa tayang di bioskop tanah air.
Tim dan kru DSC harus mengatur strategi dan argumentasi untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dari pihak bioskop yang dalam tanda kutip "diskriminasi" terhadap film islam.
Tiga film yang bernafaskan islam diadu dan dibenturkan di jadwal tayang yang bersamaan. Duka Sedalam Cinta, Syeikh Abubakar dan Surgapun Ikut Menangis mendapatkan jadwal tayang yang sama dari pihak bioskop, yaitu tanggal 19 Oktober 2017. Padahal film-film bergenre yang lain banyak juga yang akan tayang, tapi kenapa 3 film bergenre islam dibenturkan di jadwal penayangan yang sama? Apa maksudnya? 
Beginilah jika kapitalisme menguasai ruang publik, dalam hal ini jaringan bioskop tanah air. Mereka akan dengan mudah pilah-pilih film seenak udelnya sendiri, yang penting dapur ngebul. Duit duit duit... itulah yang ada di benak kapitalis, penjajah modern yang telah mengangkangi negeri ini sejak lama, bahkan bisa jadi sejak negeri ini menyatakan kemerdekaannya. Mereka langsung mengincar berbagai negara untuk dijajah kembali (termasuk Indonesia didalamnya), dengan menggunakan sistem dan gerakan kapitalisnya, dan diperburuk lagi dengan adanya antek-antek neo kompeni dari dalam negeri sendiri. 
Astaghfirullaahaladziim... Ampuni kami yaa Rabb... Semoga pengusaha-pengusaha muslim bisa membuat jaringan bioskop yang lebih friendly dan obyektif, serta membantu film-film inspiratif, edukatif dan berkualitas, namun tidak mempunyai biaya promo yang memadai. Aamiin yaa Rabbanaa...
Kembali lagi ke film Duka Sedalam Cinta (DSC), setelah mendapatkan kepastian jadwal tayang tanggal 19 Oktober 2017, DSC mengagendakan Gala Premiere dan press conference sehari sebelum tayang di bioskop. Dihadiri oleh para pemeran utama, sutradara, cameo, dan juga penulis sekaligus produser film DSC, Helvy Tiana Rosa. Serta para tamu undangan dan awak media juga hadir menyemarakkan Gala Premiere Duka Sedalam Cinta.
"Kami mendapatkan layarnya sangat sedikit dari XXI, sedih sih.. tapi kami ga mau menyerah, kami akan fighting, supaya penontonnya tetap banyak, walaupun hanya sedikit layar yang didapatkan," ujar Helvy saat Gala Premiere DSC (Rabu, 18/10/2017).
Helvy juga mengungkapkan bahwa film ini aman ditonton untuk semua umur, walaupun ada kata CINTA di judulnya, CINTA yang dimakasudkan seperti CINTAnya Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail. Ketika ada perintah untuk menyembelih Ismail, sungguh DUKA SEDALAM CINTA yang dialami oleh Nabi Ibrahim, dan itu menjadi filosofi DSC, jadi bukan cinta yang berkonotasi negatif.
Selain itu film DSC ini juga mempromosikan pariwisata di daerah Maluku Utara, khususnya Ternate dan Halmahera Selatan. Kepulauan Widi salah satunya, yang tadinya merupakan pulau tak berpenghuni, sekarang sudah menjadi obyek pariwisata di Halmahera Selatan. Bahkan pada tanggal 25-29 Oktober 2015 telah diadakan "Widi International Fishing Tournament (WIFT) 2017" yang di ikuti setidaknya 1500 peserta dan 175 diantaranya merupakan peserta dari luar negeri.
Duka Sedalam Cinta (DSC) merupakan sekuel dari Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP The Movie). Proses pembuatan film yang sesuai dengan judulnya, telah banyak melahirkan talenta-talenta muda yang bisa menjadi inspirator dan motivator untuk kids zaman now. Quote-quote Gagah, Yudi, Gita dan Nadia serta Kyai Ghufron telah menjadi inspirasi dan motivasi tersendiri bagi para penonton film DSC ini.
"Kalau kau tak setuju pada suatu kebaikan yang mungkin belum kau pahami, kau bisa tetap menghargainya" begitulah pesan Mas Gagah kepada kita semua. Tentunya dalam koridor fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), bukan dalam kemaksiatan dan dosa.
Film Duka Sedalam Cinta bagaikan oase di tengah-tengah gempuran film asing, horor dan percintaan yang menjurus ke pergaulan bebas, serta komedi pornografi. Helvy Tiana Rosa mengatakan bahwa ini sebagai "JIHAD BUDAYA" melalui film, mengajak para generasi muda untuk berhijrah, dari perilaku yang negatif menjadi pelopor kebaikan sejauh apa yang kita mampu, sebagaimana banyak hal yang telah dicontohkan dalam film DSC ini.
Dalam segala aspek kita harus berjihad (bersungguh-sungguh) untuk mencapai kebaikan yang dituju, walaupun penuh dengan DUKA SEDALAM CINTA.
"Segala yang Allah janjikan berharga di dunia ini, semuanya dilindungi dan di sembunyikan. Dimana engkau menemukan emas dan permata? Jauh didalam tanah, tersembunyi dan dilindungi. Dimana engkau menemukan mutiara? Jauh didasar samudera, tertutup dan terlindungi oleh cangkang yang indah. Tubuhmu suci, engkau lebih berharga daripada emas, permata dan mutiara yang ditutupi dan dilindungi" (Mas Gagah).
Demikianlah JIHAD BUDAYA yang penuh DUKA SEDALAM CINTA.
Sekian.

Mas Djoen.

Jumat, 27 Oktober 2017

Duka Sedalam Cinta sekuel Ketika Mas Gagah Pergi

Hampir 1 tahun lebih blog ku nganggur, entah kenapa yah, apakah terlalu keasyikan belajar menulis berita, atau apa?
Padahal banyak momen-momen penting seperti Aksi 411, Aksi 212 dan rentetan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya sayang sekali jika terlewatkan untuk ditulis. Baiklah mungkin itu PR saya, dan sekarang langsung saja berkaitan dengan Film Duka Sedalam Cinta.
poster film
Duka Sedalam Cinta (DSC) adalah sekuel dari Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP The Movie). Walaupun film ini bisa dibilang berdiri sendiri, namun menurut saya jika tidak menonton Film KMGP maka di awal-awal film akan dibuat bingung dengan posisi Gagah dan Yudi yang berada di Ternate dan Halmahera Selatan yang tetiba ada di Jakarta, jika tidak menyimak dengan seksama apa yang diucapkan Gagah dan Yudi.
Maka tak heran banyak reviewer-reviewer film yang langsung nyinyir karena belum mengerti alur cerita dari awal, yang bermula dari film KMGP. Ada juga yang mendadak jadi reviewer film yang bisa jadi tugasnya hanya untuk nyinyirin film ini, bahkan dihubungkan dengan politik, partai politik, pilkada dan sesuatu yang tak ada hubungannya dengan film ini, yang akhirnya malah semakin terlihat kacau pemikiran si reviewernya.
Mengkritisi boleh, tapi jangan sok lebih tau dari sutradara dan produser film DSC ini. Kritik yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan-perbaikan film Indonesia. 
wartakarawang.com
Jika di Film KMGP ada yang menanyakan, "Kok Mas Gagah pergi ke Ternatenya cuma sebentar, langsung balik lagi? Ngapain aja Mas Gagah di Ternate?" Beberapa penonton KMGP banyak yang bertanya-tanya seperti itu, bahkan tak sedikit yang langsung menjadi reviewer film ala-ala yang sotoy seperti saya sebutkan diatas. Pertanyaan-pertanyaan di film KMGP tersebut terjawab sudah di film DSC, semuanya terpampang dengan jelas apa saja yang dikerjakan Mas Gagah di Ternate dan Halmahera Selatan. 
Kenapa sosok Yudi tiba-tiba ada di Ternate dan bertemu Gagah? nah disini juga yang belum menonton film KMGP akan sedikit bingung, walaupun di film DSC sudah ada scene Abah (Mathias Muchus) yang menegur Yudi berkaitan dengan kakaknya Yudi, Kyai Ghufron (Ust Salim A Fillah) yang sedang berada di Ternate.
Bagi yang sudah menonton film KMGP, di awal-awal film penonton digiring untuk flashback ke scene KMGP yang Mas Gagah tercebur ke laut, namun di film DSC ada sosok yang tak terduga yang menolong Mas Gagah, siapa dia? tonton aja filmya, mumpung masih tayang di bioskop.
Banyak pesan moral, inspirasi dan edukasi yang dilakukan Mas Gagah, Yudi dan Kyai Ghufron di Ternate dan Halmahera Selatan. Salah satunya seperti yang diungkapkan artis cantik yang bermain di film Ketika Cinta Bertasbih, Meyda Sefira di akun instagramnya, "Alhamdulillah tanggal 23 Oktober kemarin dapat kesempatan nobar @dukasedalamcinta di Bandung.. ada beberapa Hal menarik dari film ini yaitu :
1. Lokasi pembuatan film ini yang indaahh banget, Masya Allah. Secara pulau Halmahera sudah terkenal keindahan alamnya.
2. Saya anak lingkungan dan di film ini ada edukasi tentang kepedulian lingkungan.
3. Banyak quote-quote kece, yang mau nambah follower bisa loh pake quote-quote disini, #makjleb deh pokoknya.
4. Film ini banyak menguras emosi, bawa tissue yang kalau mau nonton.
5. Last but not least, pesan ceritanya yang bagus (ini penting yaa di tonton sama generasi kekinian). Jadi tunggu apa lagi, segera tonton di bioskop yaa :)) #dukasedalamcinta"
wartakarawang.com
Selanjutnya Yudi yang sedang berada di Ternate bersama Gagah dan Kyai Ghufron, tiba-tiba ada di Jakarta dan tertusuk perutnya karena berusaha melerai tawuran pelajar / anak sekolah. Disini juga yang belum mengerti alur cerita akan ngawur dalam menyimpulkannya. Padahal kesenangan Yudi ya seperti itu, dakwah atau menyampaikan kebaikan-kebaikan di dalam bis. Jika viewer yang sudah menonton film KMGP pasti langsung paham, dan tidak ada adegan yang loncat-loncat, semuanya sesuai alur ceritanya.
Dalam kesenangannya tersebut seringkali bertemu dengan Gita, adik Mas Gagah. Singkat cerita beberapa kali pertemuan antara Yudi dan Gita di bis, nampak muncul pesan cinta yang ditanamkan mereka berdua. 
Gita akhirnya mendapat hidayah untuk berhijab, setelah bertanya tentang jilbab saat seminar (talk show) "ISLAM IS MY WAY, Membangun Potensi Pemuda Islam", yang dijawab dengan gamblang oleh Nadia Hayuningtyas. Proses Gita berubah/hijrah hingga terjadinya insiden di Rumah Cinta, disinilah emosi penonton mulai di aduk-aduk, hingga tak terasa tumpah ruahlah tetesan air mata dari kebanyakan penonton.
Dan bagi pembaca buku "Ketika Mas Gagah Pergi" akan kaget apa yang terjadi di ending film DSC ini. Sebuah adegan yang tak disangka-sangka bakal terjadi di film ini. Nah penasaran kan.. Kuy tonton film DSC segera di bioskop, mumpung masih tayang...!!!
wartakarawang.com
Catatan :
1. Di film DSC masih ada adegan Gita yang masih memakai seragam sekolah, namun tak ada adegan di sekolah seperti di film KMGP. Padahal adegan-adegan lucu Gita dan Tika serta teman-temannya di sekolah itu ngangenin, apalagi dengan kata-kata gaul Tika yang bikin film jadi gaol beud gtooh loh.. Jika di explore lagi di DSC sepertinya akan semakin memanjakan kids zaman now ketika menonton film ini, selain pesan-pesan moral, edukasi dan inspirasi yang ada didalamnya.
2. Insiden di Rumah Cinta, secara Gagah kan pernah jadi juara bela diri tae kwon do, menurut saya seharusnya ada adegan berantem dulu sebelum Gagah dilarikan ke rumah sakit, supaya lebih dramatis.
Itu catatan atau masukan dari saya, diluar itu semua KMGP-DSC ketjeh badaaiii ula ulalaaa.
wartakarawang.com
Karena sedikitnya layar yang diberikan oleh pihak bioskop, akhirnya banyak masyarakat yang sudah menanti-nanti kelanjutan film KMGP berbondong-bondong mengadakan nonton bareng (nobar) baik di daerah yang belum tayang maupun yang sudah tayang reguler.
Maju terus Bunda Helvy Tiana Rosa, penulis sekaligus produser KMGP dan DSC. 
Maju terus Mas Immank (Firmansyah), sutradara KMGP dan DSC, serta kru-kru dan para pejuang yang tergabung dalam film ini. 
Film ini aman ditonton untuk semua umur, walaupun ada kata CINTA di judulnya, CINTA yang dimakasud seperti CINTAnya Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail. Ketika ada perintah untuk menyembelih Ismail, sungguh DUKA SEDALAM CINTA yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Itulah filosofi DSC, jadi bukan cinta yang berkonotasi negatif, demikianlah kata Ibu Produser film DSC, Helvy Tiana Rosa.

Sekian.

Mas Djoen.

Minggu, 08 Januari 2017

Mengapa Zhong Wan Xie Cek Toko Sebelah


Cek Toko Sebelah (CTS) adalah film yang tayang di akhir tahun 2016. Film besutan Ernest Prakasa ini bisa menjadi alternatif hiburan di akhir tahun dan awal tahun, tapi tidak untuk anak-anak loh yah.. karena ada adegan-adegan yang tidak pantas ditonton oleh anak-anak.

Baedewey diluar itu semua menurut saya film ini menyajikan banyolan-banyolan kreatif ala komika yang bikin ngakak abis, namun disisi lain juga ada drama yang menyentuh yang juga bisa bikin nangis penontonnya.

Saya bukanlah orang yang pandai bikin review film, namun sebagai orang yang berseberangan secara politik dengan Ernest, saya tetap angkat topi untuk film CTS ini. Secara obyektif saya menilai film ini lumayan baik karena ada pesan-pesan positif didalamnya, walaupun harus diakui juga ada adegan-adegan yang kurang mendidik, namun secara keseluruhan film ini cukup baik.

Setelah menonton film ini, saya teringat waktu ngekost dulu. Ketika itu yang punya kost-kostan adalah etnis tionghoa yang biasa dipanggil Cici (Cik) dan Kokoh (Koh), hingga saya pindah sampai lupa ga pernah nanya siapa nama mereka, karena terbiasa memanggil Cik dan Koh.

Mereka juga punya warung (toko) tradisional seperti Koh Afuk di film CTS. Pernah ketika saya berbelanja di tokonya, sambil ngobrol si kokoh bilang, "Sebenarnya saya bisa aja sih mas bikin mini market, tapi nanti kalau warung (toko) ini tutup, kasihan warga yang biasa belanja di toko ini," kata Si Kokoh.

"Emang lahan untuk bikin mini market bukan di warung ini koh?" tanyaku.

"Bukan mas, ada di pinggir jalan raya. Sudah ada yang nawarin dan mau bekerjasama. Tapi saya bilang pikir-pikir dulu," jawabnya. (Konfliknya hampir mirip Koh Afuk yang ditawarin untuk menjual tokonya di film CTS).

Hingga aku pindah kost, si Kokoh tetap berjualan di warung (toko) tradisional itu. Di warung tersebut banyak pelanggan (warga) yang diperbolehkan ngutang, seperti di toko Koh Afuk di film CTS, bahkan juga ada preman yang suka malakin warung si Kokoh. Nah ini bedanya warung si Kokoh dan toko Koh Afuk. Di film CTS saya tidak melihat konflik penjaga toko dengan preman yang suka malakin toko. Seandainya itu ada, mungkin akan lebih menarik dan bisa jadi akan menambah banyolan-banyolan di film CTS tersebut.

Si Encik dan Kokoh sangat baik kepada kami (orang-orang yang nge-kost di kost-kostannya). Jika lebaran Si Encik suka bikin ketupat dan opor ayam, dan dibagi-bagikan ke kita yang nge-kost (yang ga mudik). Demikian juga kalo natal dan imlek, Si Encik juga bikin opor ayam ala lebaran untuk dibagikan ke kita. Kalau imlek ada tambahannya, yaitu kue keranjang (kue khas imlek).

Inilah contoh toleransi dan kebhinekaan kami antara islam dengan etnis tionghoa yang  juga merayakam natal dan imlek, sudah terjaga dan terjalin baik sejak itu. Makanya ketika Zhong Wan Xie alias Ahok alias Basuki Tjahaja Poernama berteriak-teriak mengenai SARA, padahal dia sendiri yang sering melecehkan SARA, hingga dia menistakan Al-Qur'an kitab umat Islam, sebenarnya kami sudah cukup lama hidup rukun berdampingan dengan umat beragama lain dan etnis yang lain. Justru statemen-statemen Zhong Wan Xie lah yang bisa merusak kerukunan hidup antar etnis dan antar umat beragama.

Para ulama dan tokoh-tokoh umat Islam juga tidak pernah mengait-ngaitkan Kasus Penistaan Agama yang dilakukan Zhong Wan Xie dengan suku, etnis, agama bahkan politik yang sedang bergejolak di Jakarta. Karena ini memang murni ulah satu orang yang kebetulan berposisi sebagai Gubernur DKI (ketika melecehkan Al-Maidah:51).

Nah.. inilah kaitannya dengan judul diatas "Mengapa Zhong Wan Xie Cek Toko Sebelah". Maksud dari judul tersebut bukan berarti dia (Zhong Wan Xie) tidak boleh nonton film CTS loh yah !!! karena nonton film itu hak masyarakat, dan saya tidak berhak melarang siapapun orang yang akan menonton film, apalagi seorang penguasa yang selalu dijaga aparat di setiap langkahnya. Apalah saya ini boss..?!?

Namun begini boss.. ketika saya lihat youtube pasca Anda (Zhong Wan Xie) nonton CTS, kenapa statement Anda kembali lagi mengait-ngaitkan dengan SARA ??? Bukankah Anda dan para pendukung Anda yang suka bermain-main di wilayah SARA ???
Apakah demi kepentingan politik, Anda harus berbuat demikian Zhong Wan Xie ???
Kalau Anda mau membuat review film silahkan.. namun jadilah pembuat review film yang obyektif dan profesional. Biarkanlah film itu independen, apa adanya, jangan dipersempit untuk memuaskan nafsu politik Anda !!!

Anda ga perlu ajarkan kami (umat islam) tentang nasionalisme, toleransi dan kebhinekaan versi Anda, karena agama kami telah mengajarkan hal tersebut dan itu sudah kami lakukan berpuluh-puluh tahun bersama umat dan etnis yang lain. Anda terlalu menyempitkan makna nasionalisme, toleransi dan kebhinekaan itu sendiri demi kepentingan politik Anda, yang justru malah merusak kerukunan hidup antar umat beragama yang selama ini sudah terjalin baik di negeri tercinta ini.

Maaf, bisa jadi Ernest adalah pendukung Anda. Seperti yang sudah saya katakan diatas, walaupun secara politik saya berseberangan dengan Ernest, tapi bukan berarti saya harus menjelek-jelekkan atau mem-blacklist karya Ernest. Perbedaan politik itu wajar, dan ketika nonton film CTS ini saya buang jauh-jauh perbedaan politik saya dengan Ernest.
Jadi jangan kait-kaitkan film CTS dengan kepentingan politik Anda Koh Zhong Wan Xie !!!
Ayolah Koh.. profesional-lah.. seperti Koh Yohan di film CTS !!! Okey boss...!!!



Sekian.

Mas Djoen, 9 Januari 2017.

Senin, 19 Desember 2016

Nasib Film yang Bernuansa Islam



Saat kucoba terus bernafas
Perih terasa sulit bertahan
Rasanya ingin ku berlari
Tuk mengakhiri tapi ku tak bisa…

Petikan lirik lagu “Cinta Sejatiku” dari OST Film Cinta Laki-Laki Biasa yang dibawakan oleh Deva Mahendra dengan penuh penghayatan ini nampaknya mewakili wajah film-film yang bernafaskan Islam ditanah air ditengah gempuran kaum kapitalis di segala lini, termasuk di industri film Indonesia.

Sistem kapitalisme yang melanda hampir diseluruh sisi kehidupan masyarakat Indonesia bak hukum rimba yang akan menyantap apapun yang dia suka, siapa kuat dia dapat/menguasai. Dan ini sangat bertentangan sekali dengan Pancasila sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. 

Entah dari kapan sistem kapitalisme ini diterapkan di negeri ini. Kekayaan alam, SDM, demokrasi dalam memilih pemimpin dan wakil rakyat, perdagangan, bahkan hingga perfileman telah dikuasai semua oleh sistem kapital.

Saya ingin mencoba membahas dari sisi budaya, wabil khusus dunia film Indonesia. Akhir-akhir ini geliat perfileman nasional cukup menggembirakan, bahkan mampu bersaing dengan film-film impor. Film-film bermutu pun sudah mulai banyak diproduksi untuk menggerus film-film hantu berbau pornografi. Namun tak dipungkiri masih ada film-film yang menyelipkan bau-bau pornografi atau bahkan mengumbar pornografi dan pornoaksi tersebut.

Lebih spesifik lagi, kini juga telah bertebaran film-film bernafas islam yang berasal dari novel atau cerpen karya penulis-penulis ternama di Indonesia, seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Habiburrohman El Shirazy, dll. Mulai dari Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Assalamu’alaikum Beijing, Surga Yang Tak Dirindukan, Ketika Mas Gagah Pergi, Jilbab Traveler, Cinta Laki-Laki Biasa dan masih banyak lagi film-film yang berasal dari novel atau cerpen islami.

Lalu bagaimana nasib film-film bernafas islam tersebut?

Kembali lagi, ketika kapitalisme juga masuk ke dunia perfileman, maka bisa dibilang film-film yang bermodal besar dengan sponsor yang jor-joran yang akan menguasai bioskop-bioskop di tanah air. Bahkan film yang buruk pun jika ditopang modal besar dan sponsor-sponsor besar akan bisa mengalahkan film-film bagus dan bermutu yang modalnya dibawah mereka.

walaupun masih tayang di beberapa bioskop di tanah air.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masdjoenkaraba/nasib-film-yang-bernuansa-islami_5853c6bc41afbd1f1ed691d9
walaupun masih tayang di beberapa bioskop di tanah air.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/masdjoenkaraba/nasib-film-yang-bernuansa-islami_5853c6bc41afbd1f1ed691d9
Saya ambil contoh film Cinta Laki-Laki Biasa (CL2B) yang baru tayang 1 Desember 2016 harus merelakan layar bioskop digeser oleh film-film lain di pertengahan bulan yang sama, walaupun masih tayang di beberapa bioskop di tanah air. Padahal film ini sangat bagus untuk mendidik karakter keluarga Indonesia. Starvision mungkin sudah berusaha mengoptimalkan supaya film CL2B bisa banyak penontonnya. Namun kembali lagi hokum rimbalah yang akan menguasai jaringan bioskop di Indonesia, selama kapitalisme masih mengangkangi dunia perfileman kita.

Memang tak dipungkiri, ada juga film-film bernafas islam yang dibuat asal-asalan, bahkan bisa dibilang lebih buruk dari FTV atau setara dengan sinetron. Baik itu dari segi susunan cerita yang membosankan, ga nyambung dengan judul film, atau sinematografi yang kelasnya memang masih bertaraf sinetron, namun dipaksa untuk tayang di bioskop karena ada pemodal yang mensponsorinya. Film-film seperti inilah yang akan men’down grade’ film-film islami yang bermutu dan berkualitas. Namun sayangnya film-film yang dimodali untuk mendegradasi film-film islam tersebut tidak sadar bahwa mereka sedang diperalat untuk merusak citra film-film islam yang bermutu.

Bisa jadi ini juga adalah upaya ‘ghozwul fikr’ (perang pemikiran) seolah-olah film-film bernafas islam semuanya seperti yang digambarkan para pemodal melalui film-film yang mereka paksakan tersebut. Belum lagi dengan jadwal penayangan yang berdekatan antara film islam yang dipaksakan dengan film islam yang berkualitas.

Ghiroh umat islam untuk bersatu melalui #Spirit212 harus terus digelorakan di berbagai bidang, baik itu di bidang politik, ekonomi, sosial budaya termasuk dalam jihad budaya di perfileman nasional. Saya pribadi berharap lambat laun umat islam Indonesia terus bermetamorfosis seperti Islam di Turki. Lewat #Spirit212 semoga umat islam Indonesia bisa menjadi pelopor dalam nasionalisasi sumber daya alam dan sumber daya manusia sehingga Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa terwujud di negeri yang kita cintai ini.

Dengan demikian kita akan bisa mengganti sistem kapitalisme dengan sistem yang berkeadilan. Sehingga tidak ada lagi pemilik modal yang dominan menguasai seluruh aspek di negeri ini, termasuk dalam perfileman nasional. Film-film islam yang berkualitas akan mendapatkan hak yang sama dimata penonton atau masyarakat melalui jadwal tayang yang berkeadilan sosial, bukan sesuai selera pemodal.

Maju terus film Indonesia yang bermutu dan berkualitas.
Maju terus film Islam Indonesia yang bermutu dan berkualitas.

Terakhir saya ingin mengutip lagu “Jalan Yang Kupilih” yang akan menjadi salah satu OST di film “Duka Sedalam Cinta” lanjutan dari film “Ketika Mas Gagah Pergi yang dilantunkan oleh Hamas Syahid Izzudin pemeran Mas Gagah.

Hidup ini selalu tentang cinta
Hidup ini tentang memilih
Langkah yang mana
yang kan membawa makna
Dan jalan menuju ridho-Nya

Apa yang ada di dalam diri
Semua yang kupunya di dunia
Suatu saat kan punah dan pergi
Yang abadi hanya iman dan amal ini

Aku ingin bisa berubah
jadi pribadi yang lebih berarti
Berprestasi dan peduli sesama
Menjadi hamba Allah yang sejati

Aku ingin bisa berubah
Selagi ada masa tersisa
Selagi ada kesempatan
Taqwa tanpa menunggu tua


Sekian.

Senin, 09 Mei 2016

Helviers Membuka Cakrawala Menebar Cinta


Hari itu secara mengejutkan aku diajak seseorang untuk bergabung di komunitasnya. Dan ajakan itu sungguh mengagetkan dan sulit untuk aku tolak, bahkan aku sangat antusias dan bergembira menyambut ajakan tersebut. Berawal dari grup WhatsApp (WA) kami berkumpul bagaikan keluarga, saling sapa, berkenalan, saling menasehati, bahkan saling adu argumen dan debat yang membangun, sehingga menambah cakrawala berfikir, yang endingnya berakhir dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Ketika aku baru bergabung, aku merasakan sambutan hangat dan luar biasa dari keluarga grup tersebut. Yaa, grup itu adalah grup Helviers (Helvy Tiana Rosa Friends) atau Sahabat Helvy Tiana Rosa, dan seseorang yang mengajakku bergabung itu adalah Mba Helvy, aku lebih suka menyapanya dengan panggilan Bunda Helvy Tiana Rosa atau Bunda Helvy.

Komunitas baru, menambah keluarga baruku, menambah wawasan dan ilmu juga tentunya, terutama ilmu agar jangan mudah menyerah (Never Give-up). Hadapi tantangan dengan kerja keras dan hati yang ikhlas. Nampak terpancar wajah-wajah penuh kasih sayang di Helviers, karena Islam itu Indah, Islam itu Cinta.

Anggota Helviers ada di berbagai pelosok Nusantara. Kami saling support dalam kebaikan. Sapa, canda, tawa dan nasehat mewarnai grup ini di setiap harinya. Saat nonton bareng film Ketika Mas Gagah Pergi The Movie (nobar KMGP) di Bintaro, itulah pertama kali aku kopdar dengan sebagian anggota Helviers yang berdomisili di sekitar JaBoDeTaBek. Belum pernah kenal sebelumnya, namun sambutan saudara-saudaraku di komunitas Helviers ini seperti sudah kenal lama. Lengkap dengan hadirnya Bunda Helvy dan para pemeran KMGP serta bintang tamu lainnya, menambah semaraknya kopdar Helviers kali ini. Masya Allah... tambah bangga dengan komunitas baruku ini.

Hamas Syahid Izzudin (Mas Gagah), Masaji Wijayanto (Mas Fisabilillah/Yudi), Aquino Umar/Noy (Gita/Dik Manis), Helvy Tiana Rosa (Penulis dan Produser film KMGP), Indah Nevertari penyanyi sountrack film KMGP, Oki Setiana Dewi, adalah deretan cast dan bintang tamu yang hadir saat nobar KMGP di Bintaro. Terasa ada yang kurang, iya.. karena Izzah Ajrina (Mba Nadya) dan Sang Sutradara Mas Firmansyah berhalangan hadir karena bersamaan dengan agenda mereka di hari itu. Baedewei, Alhamdulillah acara berlangsung suksess dan suasana tetap meriah penuh sukacita dalam dekapan cinta.

Aku melihat pemandangan seorang Bunda yang sangat menyayangi anak-anaknya, memotivasi anak-anaknya dikala mereka sedang lesu dan baper, menasehati anak-anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang ketika sedang berdebat hebat, dan memberikan sentuhan kata-kata yang kaya makna untuk bersama-sama mengarungi bahtera kehidupan ini menuju Ridho Ilahi, walaupun anak-anaknya itu bukan lahir dari rahimnya sendiri. Itulah sosok Bunda Helvy, yang sangat sayang dengan Helviers dan Keluarga KMGP The Movie terkhusus empat bintang utamanya yang masih muda-muda.

Aku jadi ingat sebuah nasyid dari Suara Persaudaraan yang mengisahkan tentang Ibunda, yang mana lirik bait-bait syairnya hampir pas banget dengan keberadaan Bunda Helvy di Helviers dan Keluarga KMGP The Movie. Bunda Helvy, ijinkan aku mengutip lirik nasyid Siapakah Dia dari Suara Persaudaraan, terkhusus buat ibunda-ibunda kita semua dan Bunda Helvy sebagai Ibunda Keluarga Helviers dan Keluarga KMGP The Movie. Inilah lirik nasyid tersebut Bunda...

  Siapakah Dia

  Album : Balada Sebuah Dangau
  Munsyid : Suara Persaudaraan

 
  Sejuk gemercik air di padang gersang
  Basah terasa aliri pipa yang kering
  Hangat sentuhannya damai terasa
  Berkahi langkah kita di spanjang hayatnya

  Kasih sayangnya sehangat mentari pagi
  Belaian tangannya selembut kain sutera
  Senyum manisnya tidurkan hati nan luka
  Pandang matanya tajamkan hati nan suci

  Wahai kawan siapakah dia?

  Dia adalah wanita paling berjasa
  Sejak kita lahir kedunia dan melanglang alam fana
  Tiada tandingan budinya dalam hidup kita
  Yang melahirkan kita
  Menyusui dan membesarkan kita
  Pertaruhkan jiwa raga membela kita semua

  Dialah ibunda yang selalu mendoakan kita
  Dalam keadaan lapang, suka ataupun duka

  Tutur katanya adalah harapan doa
  Nasehat yang berguna sepanjang masa
  Keridhoannya adalah Ridho Illahi
  Kemurkaannya adalah Murka Illahi

Sebelum ku akhiri tulisanku, aku ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada Helviers dan Bunda Helvy, yang telah bersedia menerimaku menjadi bagian dari Keluarga Helviers, dengan berbagai keterbatasan dan kekuranganku. Terimaksih juga atas nongki-nongki cancinya saat kopdar di Bintaro.
Tak ada kata seindah do'a, semoga ukhuwah ini senantiasa terjaga hingga akhirat kelak.. Aamiin...
Mohon maaf atas segala kekurangan, khilaf dan salah, baik disengaja maupun tak disengaja.

Sekian dariku, wahai sahabat-sahabatku.


Karawang, 9 Mei 2016.

Mas Djoen (@masjunkaraba).

Minggu, 08 Mei 2016

Ada Sosok Mas Gagah dan Mas Fisabilillah dalam diri IQBAL



Ketika Mas Gagah Pergi adalah sebuah fiksi yang ditulis oleh Helvy Tiana Rosa yang menjadi best seller. Banyak kalangan pembaca bukunya yang berubah setelah membaca buku tersebut. Kini buku tersebut digarap menjadi sebuah film dan diberi judul "Ketika Mas Gagah Pergi The Movie" (KMGP The Movie). 
Seperti halnya bukunya, film "KMGP The Movie" ini juga banyak menginspirasi pemain dan para penontonnya. Sebut saja pemeran Gita, Aquino Umar, telah mendapatkan hidayah untuk menutup aurat atau memakai hijab setelah membintangi film ini.
 
Ada yang berubah untuk belajar menutup auratnya hingga memutuskan memakai hijab seperti Gita. Ada juga yang terinspirasi seperti Mas Gagah, berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah menemukan komunitas kebaikan. Ada juga yang terinspirasi Yudi yang berdakwah dimana-mana, tidak membuat sekat-sekat untuk menebarkan kebaikan. Dan inspirasi-inspirasi lainnya yang bisa didapatkan dari film "KMGP The Movie" tersebut.

Nah demikian juga yang dialami temanku, sebut saja IQBAL namanya, dia adalah bapak dari empat orang anak dari seorang istri. Profesi awal Iqbal dan istrinya adalah sebagai pendidik. Yuni Tresna Wahyuni istri Iqbal, setelah tamat D2 mengajar di TK, sedangkan Iqbal sendiri sejak masih bujang sudah terbiasa nongkrong dengan anak-anak jalanan, namun sebagai aktivis dakwah Iqbal bersama teman-temannya berusaha mengarahkan anak-anak jalanan tersebut ke hal-hal positif melalui pendidikan non formal, seperti Sekolah Komunitas Anak Jalanan dan Sekolah Malam Anak Jalanan di lampu merah Cilandak, sekitar tahun 2002 hingga istrinya ditugaskan ke Semarang pasca lulus D2 (PGTK). 

Selama di Semarang Iqbal sendiri untuk mencari nafkahnya dia mencoba berdagang. Selain itu jiwa sosial dan jiwa sebagai aktivis dakwah terus menyertainya. Disela-sela aktivitas mengajar istrinya dan berdagang, Iqbal dan istrinya sering memperhatikan kondisi masyarakat, terutama anak-anak jalanan dan kaum dhuafa atau masyarakat yang kurang mampu. 

Setelah dua tahun ditugaskan di Semarang, mereka kembali lagi ke Jakarta. Sekembalinya di Jakarta, Iqbal kembali menyapa anak-anak asuhnya di Cilandak. Selain itu ada salah satu temannya yang mengajak semacam menjadi tim mangementnya Band WALI yang saat itu belum begitu tenar. Iqbal pun menerima tawaran tersebut untuk menambah wawasan dan pengalamannya. 

Al-Iman yazid wa yanqus, iman seseorang kadang naik kadang turun. Demikian juga yang terjadi dengan Iqbal, seiring berjalannya waktu dan rutinitas yang dijalani Iqbal, dia semacam mengalami kejenuhan dalam menjalani rutinitas kehidupannya, bahkan dalam berdakwah. Ketika mengalami seperti itu, tiba-tiba salah satu anak asuhnya yang belum lancar membaca walaupun sudah usia abege, sebut saja Yanti namanya, memberikan sebuah buku yang barusan dia pinjam di sebuah lapak baca atau rumah baca di sekitar Cilandak. Dia bilang ke Iqbal, “Pak tolong bacain ya, kata si mbak yang minjemin isinya bagus, aku kan masih terbata-bata bacanya,” pinta Yanti. Dan Iqbal pun menyanggupinya. Dan buku itu ternyata buku yang sedang menjadi best seller ketika itu, yaitu buku “Ketika Mas Gagah Pergi”. Dari membacakan ke murid-muridnya tersebut, Iqbal semacam mendapatkan gairah baru untuk kembali semangat berdakwah dan menjalani hidup. 

Semangat dari sosok tokoh Mas Gagah dan Yudi seakan-akan mengalir terus dalam tubuhnya, sampai dia hijrah ke Karawang tahun 2010, saat banjir besar melanda Karawang. Pengalaman Iqbal dan istrinya sebagai pendidik, langsung diterapkan di Karawang, dengan mendirikan Yayasan Lebah Insan Cendikia sebagai sarana untuk mendirikan TK. Selain itu Iqbal dan istrinya juga mempemerhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Atas keprihatinan dengan banyaknya janda-janda yang butuh nafkah dan harus berjuang sendiri, Iqbal dan istrinya juga mendirikan lembaga bernama Lumbung Karya Masyarakat, untuk memberdayakan ibu-ibu janda sekitar dalam kegiatan usaha. 

Di tahun 2015 ketika Iqbal mendengar bahwa kisah Ketika Mas Gagah Pergi akan di film-kan, dia sangat antusias menyambutnya, karena beberapa hal yang dilakukan Mas Gagah telah dia lakukan di dunia nyata. Iqbal mengharapkan film-nya nanti juga bisa menginspirasi seperti bukunya yang telah menginspirasi dan membangkitkan dirinya dari kejenuhan menghadapi kehidupan ini. Dia sempat melihat trailer film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP The Movie), dan menurutnya ini film keren, anak-anak muda kalau bisa nonton film ini. Dengan bintang-bintang baru yang telah lolos casting, semoga bisa menginspirasi masyarakat Indonesia, terkhusus anak-anak mudanya yang telah banyak mengalami dekadensi moral. Sosok-sosok Mas Gagah, Gita, Nadya dan Yudi, harus ditumbuhkembangkan ditengah-tengah masyarakat, agar masyarakat juga memperoleh pencerahan dari sosok-sosok muda tersebut. 

21 Januari 2016, KMGP The Movie mulai putar perdana di bioskop-bioskop di Indonesia. Namun sayangnya tidak tayang di Karawang. Aku juga termasuk orang yang kecewa, karena KMGP The Movie tidak tayang di Karawang. Aku berusaha membuat woro-woro dan ajakan sebisaku ke komunitas dakwah di Karawang dan di dukung oleh Iqbal, supaya mengadakan nonton bareng (nobar) KMGP The Movie di Karawang. Alhamdulillah ternyata FLP Karawang bersama teman-temannya membentuk panitia nobar KMGP The Movie, yang awalnya kami tidak tahu sebelumnya. Bagi kami yang penting KMGP The Movie bisa tayang di Karawang. 

14 Februari 2016 akhirnya kami bisa nobar KMGP The Movie di Karawang. Iqbal semakin terinspirasi setelah nobar KMGP The Movie ini. Ada semacam dorongan untuk berdakwah Out of The Box. Selama ini mungkin kami berdakwah di area yang bisa dibilang aman, seperti di masjid, mushola, di komunitas dakwah yang memang sudah mengajarkan tentang kebaikan. 

Aku merasa malu dengan Iqbal, karena statusku sebagai karyawan pabrik agak terbelenggu dengan waktu, sehingga yang kulakukan untuk dakwah masih biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, masih berada di Comfort Zone.

Namun berbeda dengan temanku yang satu ini, Iqbal dengan pengalamannya di Jakarta mengasuh anak-anak jalanan, langsung tancap gas di Karawang. Apalagi pasca nonton KMGP The Movie, dia mencoba mengembangkan dakwahnya di area-area yang mungkin tak terfikirkan olehku. Dia mendekati KPJ (Komunitas/Kelompok Pengamen Jalanan) dan mendekati warga sekitar untuk membentuk Bank Sampah, terkhusus bagi warga yang kurang mampu, disinergikan dengan lembaga yang sudah dia bentuk sebelumnya. 
Beberapa anggota KPJ (walaupun tidak semuanya), merasa nyaman dengan Iqbal, bahkan ingin membentuk KPJ Religi bersama Iqbal yang diberi nama PANJI (Pengamen Jalanan Islami. Namun Iqbal bijak menanggapi hal tersebut dan lebih memilih untuk tidak membentuk organisasi baru supaya pendekatan silaturahim lebih terjaga diantara anggota KPJ. Syabi Iqbal...

Demikian pula dengan Bank Sampahnya, dia (Iqbal) bersama warga sekitar mengelola Bank Sampah tersebut. "Nawaina" mereka beri nama Bank Sampahnya. Setiap Sabtu-Ahad selalu ramai oleh warga yang ingin menukarkan sampahnya. 

Ide yang unik dari Iqbal yaitu "Sedekah Sampah". Tak terasa masyarakat sekitar Bank Sampah yang ingin membuang sampah (plastik, kardus, atau yang ada nilai jualnya), ditawari Iqbal untuk "Sedekah Sampah". Sampah yang bernilai jual yang akan dibuang tersebut di kumpulkan oleh Iqbal dan kawan-kawan, kemudian di data, dan masing-masing warga diberi buku/kartu "Sedekah Sampah". Tak terasa dari sampah yang akan mereka (warga) buang, ternyata setelah dikelola Iqbal dan warga sekitar melalui Bank Sampah "Nawaina" jadi bernilai sedekah, dan hasilnya pun cukup lumayan untuk di sedekahkan ke anak-anak yatim binaan mereka (Bank Sampah Nawaina). Leh uga tuh idenya...

Selain gerakan sosial dengan Sedekah Sampahnya, Bank Sampah yang dikelola Iqbal dan warga sekitar juga mempunyai program-program sebagai berikut:

1. Tabungan Energi, diambil sebulan sekali untuk membayar listrik.
2. Tabungan Sembako, diambil 2 bulan sekali.
3. Tabungan Reguler berupa uang tunai, diambil 3 bulan sekali.
4. Tabungan Hari Raya (Idul Fitri dan Idhul Adha), diambil saat hari raya.
5. Tabungan Umroh, jika nasabah (anggota Bank Sampah) aktif nabung setiap minggu maka diprediksi setiap 5 tahun sekali akan bisa memberangkatkan umroh. 
Aku melihat sosok Yudistira Arifin Fadhilah di film KMGP The Movie dalam tubuh Iqbal. Kalau Yudi berdakwah dari bis ke bis, juga sebagai aktivis relawan kemanusiaan, demikian juga dengan Iqbal. Dia dakwah dari komunitas-komunitas yang cenderung dijauhi oleh para aktivis dakwah, dia dekati pengamen jalanan, membina anak yatim, bahkan memberikan pencerahan dan solusi untuk warga sekitar tentang bagaimana mengelola sampah dan "Sedekah Sampah". Luarrr biasa Iqbal...
 
Disisi lain Iqbal juga punya jiwa entertainment, bukan sebagai artis atau penyanyi, namun sebagai EO-nya. Pengalaman pernah bergabung sebagai tim management Band WALI, membuatnya tertantang untuk mengorbitkan potensi grup nasyid anak asal Karawang, yaitu "TRIO BROTHERS". Dia (Iqbal) dan beberapa teman-temannya yang dianggap bisa berkolaborasi untuk bisa lebih mengeksplorasi dan mengorbitkan Trio Brothers, membentuk "Brothers Management" supaya bisa menata lagi agenda-agenda Trio Brothers kedepan.

Selain itu Iqbal juga punya jiwa entrepreneur. Bersama istrinya melalui lembaga “Lumbung Karya Masyarakat” yang telah dia dirikan sebelumnya, memberdayakan masyarakat yang tergabung dalam lembaga tersebut untuk membuat brownies dari singkong, yang mereka labeli dengan "Cassabrownies" dan diberi tagline "Si Brownies Singkong, Nikmatnya Sampai Ke Hati". Dan ketika nobar KMGP yang kedua dan ketiga di Karawang, produk Iqbal ini juga menjadi salah satu sponsor utama yang mendukung film inspiratif tersebut untuk tayang kembali di Karawang. 

Disini aku melihat sosok Mas Gagah yang punya jiwa entertainment dan entrepreneur dalam tubuh Iqbal, walaupun beda segmentasinya. Iqbal seolah-olah tak pernah puas untuk melakuakan sesuatu kebaikan yang secara langsung maupun tidak langsung menginspirasi masyarakat sekitar dan teman-temannya, termasuk aku.  

Aku terkadang malu dengan diriku sendiri, ketika melihat seabreg-abreg kegiatan Iqbal yang belum tentu bisa aku lakukan. Iqbal lah yang pantas digelari sebagai aktivis dakwah, karena dimana-mana dia selalu menebarkan kebaikan. Aku harus belajar banyak dari Iqbal.
 
Satu inspirasi yang aku dapatkan dari film KMGP yaitu tentang "Rumah Cinta". Aku berencana ingin mengajak Iqbal, dan komunitas TBM (Taman Baca Masyarakat) yang ada di Karawang, yang dimotori oleh FLP (Forum Lingkar Pena) Karawang dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Karawang, untuk bersinergi mewujudkan semacam "Rumah Cinta" di kota Pangkal Perjuangan ini, sebagai pusat literasi dan kreatifitas di Karawang. 
Semoga kolaborasi kami bisa membuahkan hasil untuk kemaslahatan masyarakat Karawang, terutama meningkatkan minat baca dan tulis bagi masyarakat Karawang, serta menumbuhkan kepedulian di bidang literasi dan kreatifitas atau ketrampilan yang akan dipusatkan di "Rumah Cinta" tersebut.


Sekian.


Karawang, 13 Mei 2016

Mas Djoen (@masjunkaraba)