Selasa, 23 Februari 2016

Aku dan Jalanan

Assalamu'alaikum gaes...
Kali ini aku ingin bercerita tentang diriku dan pengalaman waktu kecil hingga..... pokoknya simak aja dulu yah.....

Tulisan ini aku beri judul Aku dan Jalanan, karena ketika masa-masa aku masih sekolah sering berteman dengan jalanan, rerumputan, lapangan bola, dan yang mungkin sudah agak sulit ditemukan di jaman sekarang.

Ketika aku SD, sepulang sekolah sama ibuku biasanya aku disuruh istirahat. Tapi ya namanya anak-anak, sering bandel ga mendengarkan nasihat orang tua (maafkan anakmu ini ya bu..). Aku langsung bermain dengan teman-temanku menuju padang rerumputan untuk mencari belalang, mancing capung untuk makanan ayam dan burung peliharaan bapakku. Selain itu suka iseng godain kerbau yang lagi makan. Terkadang naik kerbau yang akan menyeberangi sungai... indah dan menyenangkan... yang agak sulit dijumpai di jaman sekarang. Sorenya langsung main bola ditempat yang ga jauh dari aktivitasku tadi. Paling menyenangkan kalau main bola pas turun hujan. Sepulangnya suka dimarahin ibu karena baju belepotan lumpur habis main bola.
Itulah sekelumit kisah masa SD-ku yang suka bercengkerama dengan alam yang kini hampir mustahil bisa ditemui karena congkaknya dunia.

Beranjak ke SMP, kali ini jalanan yang kutempuh agak berbeda walaupun di sore harinya aktivitas main bolanya masih sama. Jika waktu SD sepulang sekolah aku mencari belalang dan capung, setelah di SMP sepulang sekolah atau sebelum berangkat sekolah (masuk sekolahnya kadang pagi, kadang siang), aku mampir ke tempat embah/kakek yang membuat kerajinan kompor minyak tanah. Aku bantu embah supaya aku dapat tambahan uang jajan.. hahaaa...
Dari tambahan uang jajan itu kadang buat traktir adik-adikku beli baso atau jajanan yang terjangkau dengan tabunganku dari tambahan uang jajan tadi.
Nah itulah perjalananku waktu di SMP, sudah mulai bekerja bantu embah dari persaingan bisnis mafia kelas kakap.
Menginjak SLTA, aku sekolah di kejuruan (STM). Kali ini aku sudah ga sempat lagi main bola, karena sehabis bantu embah aku lansung loper koran sore menggunakan sepeda onthelku. Jarak yang kutempuh untuk ngambil koran sekitar 15 km dari rumah. Di jalanan inilah aku belajar tentang kehidupan, bagaimana sikap-sikap pelanggan terhadap seorang rakyat yang berprofesi sebagai peloper koran. Beragam memang, ada yang ramah, ada yang kecut, bahkan ada yang hanya menyuruh anjingnya untuk menyambutku. Belum lagi kalau hujan, aku harus menyelamatkan koran supaya ga basah, hanya dengan bermodalkan plastik ala kadarnya untuk menutupi koran.

Pernah suatu hari, aku mengantar koran ke pelanggan yang memelihara anjing yang suka menyambutku dengan gonggonganya yang congkak. Biasanya pagar rumah itu tertutup, aku ga tau kalau pada saat itu pagarnya terbuka. Pas aku lempar koran, anjing itu langsung mengejarku lewat pagar yang terbuka itu. Aku langsung panik, untung aku menguasai jurus "Oemar Bakri" >> itu sepeda butut dikebut lalu cabut sampe kentut cepat pulang... standing dan terbang... hahaaa.....

Pernah juga mengalami kejadian yang menyentuh hati. Ketika itu bulan Ramadhan, salah satu pelanggan koranku adalah pak haji yang mempunyai mushola di dekat rumahnya. Karena adzan maghrib akan berkumandang, aku putuskan untuk sholat di mushola pak haji. Aku selalu membawa beberapa butir kurma yang murah meriah, untuk jaga-jaga jika maghrib masih di perjalanan. Singkat cerita sehabis sholat maghrib pak haji mengajakku buka bersama dirumahnya. Aku ga sanggup menolak, karena ajakan pak haji sedikit memaksa, mungkin karena keberkahan memberi makan (buka) orang yang sedang puasa di bulan Ramadhan. Makanan yang enak-enak tersaji, Pak Haji dan keluarganya menyapaku dengan ramah sambil ngobrol santai. Bahkan ketika aku mau pulang, aku diberi bingkisan yang isinya mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata, walaupun mungkin bagi sebagian orang kaya menganggapnya biasa saja.
Itulah kenangan indahku bersama Pak Haji, pelanggan setia koranku.

Di saat STM ini aku juga nyambi jualan rokok dan bensin eceran yang dimodalin oleh om-ku, sambil membantu embah di siang hingga sore harinya. Aku juga bergaul dengan teman-temanku yang ketika itu sudah menjadi anak-anak tongkrongan. Sepulang loper koran, selepas isya' terkadang aku ikut nongkrong bersama teman-temanku. Bermain gitar, bernyanyi dan bersenda gurau. Di sini aku melihat ada yang unik, mungkin Allah masih sayang padaku. Ketika aku jualan rokok, aku sama sekali ga bernafsu untuk merokok, aku hanya bernafsu untuk menjualnya saja. Pada awalnya teman-temanku yang hampir semua pada ngerokok, menggodaku, ada juga yang sedikit maksa aku untuk ngerokok. Tapi setelah aku ancam ga akan aku utangin rokok lagi, akhirnya mereka berhenti maksa-maksa aku untuk ngerokok, bahkan ada yang memaklumi, sampai membela aku ketika ada teman baru nongkrong yang maksa aku untuk ngerokok.

Nongkrong, ngerokok, bahkan minum-minuman keras, merupakan pemandangan yang biasa kulihat yang dilakukan teman-temanku. Alhamdulillah walaupun aku gaul dengan mereka, aku ga sampe ketularan mereka, bahkan yang unik teman-temanku rela berantem membelaku jika ada yang maksa-maksa aku ngerokok apalagi minum-minuman keras. Pergaulan yang unik yang kurasa. Terimakasih yaa Allah atas perlindungan-Mu selama ini.
Ketika bergaul pengetahuan agamaku masih minim, sholat juga kadang masih bolong-bolong. Boro-boro mendakwahi mereka, untuk memperbaiki diri saja ketika itu terbilang masih agak susah, mungkin faktor lingkungan, atau pribadiku sendiri... Entahlah...

Itulah kisah sederhanaku... berteman dengan alam, binatang, debu jalanan, rintik hujan, orang-orang baik, teman-teman yang unik dan entah apa lagi yang akan kutulis...

Selanjutnya aku akan bercerita pertemuanku dengan Lingkaran Cinta...
Makasih gaes telah menemaniku...

Wassalamu'alaikum wr. wb.


(Mas Djoen - @masjunkaraba), 23 Feb 2016.

Mangga kalo mo mampir baca-baca yang lain:
1. Aku dan Lingkaran Cinta
2. Aku dan Bidadari Surgaku
3. Aku dan Brigade C-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar