Rabu, 23 Maret 2016

Noy, KMGP dan Revolusi Jilbab di Era Digital

Assalamu'alaikum gaes...
Alhamdulillah semoga pada baik-baik aja yah...

Kali ini aku ingin sedikit menggupas mengenai sosok bintang baru di kancah perfileman nasional, beliau adalah Aquino Umar, sering disapa Noy, pemeran Dek Manis (Gita) di film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP).

Bahan untuk membuat tulisan ini berasal dari Meet & Greet bersama Noy saat nonton bareng (nobar) kedua, film KMGP di CGV Blitz Festive Walk - Karawang.

Berdasarkan judul diatas aku ingin flashback dulu tentang apa itu "Revolusi Jilbab", lalu bagaimana keberlangsungannya hingga era digital seperti ini, dan apa hubungannya dengan Noy. Okey gaes simak yah... #cekidot :)

Revolusi Jilbab

Berkibarnya jilbab di bumi pertiwi telah melewati sejarah luka yang panjang dan lama. Sekitar tahun 1980-an, ribuan mahasiswi dan pelajar berjilbab membanjiri jalanan di berbagai kota besar. Mereka memprotes keputusan yang melarang jilbab di sekolah.

Revolusi jilbab di Indonesia bermula tahun 1979. Siswi-siswi berkerudung di SPG Negeri Bandung hendak dipisahkan pada lokal khusus. Mereka langsung memberontak atas perlakuan diskriminasi terhadap jilbabnya. Ketua MUI Jawa Barat turun tangan hingga pemisahan itu berhasil digagalkan. Ini adalah kasus awal dari rentetan panjang sejarah jilbab di bumi persada.

Selanjutnya tanggal 17 Maret 1982 keluar SK 052/C/Kep/D.82 tentang seragam sekolah nasional oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah , Prof. Darji Darmodiharjo, S. H. Pelaksanaan terhadap surat keputusan itu malah berujung pada larangan terhadap jilbab. Maka meledaklah demo barisan pembela jilbab di seantero Indonesia.

Ketika itu tengah gencar-gencarnya penggusuran jilbaber dari bangku pelajaran. Para muslimah terpaksa hengkang dari studi demi konsisten menjalankan syariat. Mereka yang diusir dari sekolah, bahkan menggelar perkara ini sampai ke pengadilan.

Belum reda perjuangan jilbab di sekolah-sekolah, muncul fitnah baru di penghujung 1989. Jilbab penebar racun!? Ny. Fadillah berbelanja di Pasar Rawu, diserang tiba-tiba, diteriaki dan dituduh penebar racun. Orang-orang yang tersulut emosi langsung merajam wanita itu hingga hampir meninggal dunia. Para muslimah menjadi takut keluar rumah. Hingga kembali digelar tabligh akbar lautan pendukung jilbab.

Korban demi korban terus berjatuhan tetapi semangat berbusana takwa makin berkobar hebat. Akhirnya, kebenaran tidak bisa lagi dihempang, aturan Tuhanlah yang maha benar. Unjuk rasa, protes, demonstrasi dan dialog intensif serta jalur hukum sampailah di saat yang berbahagia. Seiring keluarnya SK Dirjen Dikdarmen No. 100/C/Kep/D/1991 jilbab lengkap dengan busana menutup auratnya dinyatakan ‘halal’ masuk sekolah. Allahu Akbar!!??!!

Sumber: Hemdi, Yoli. 2005. Ukhtiy… Hatimu di Jendela Dunia (Sebuah Torehan Wajah Perempuan dan Peristiwa). Zikrul Media Intelektual, Jakarta Timur.

Dari buah perjuangan merekalah kini wanita-wanita bisa menikmati kebebasan memakai hijab, kita bisa saksikan lautan jilbab dimana-mana. Busana yang memancarkan pesona ‘dalam’ yang kuat. Pakaian takwa yang berfungsi sebagai benteng kehormatan diri.

Mungkin bagi seorang muslimah yang taat, ketika diminta mencopot jilbab, mereka akan merasa bagaikan memaksa telanjang di depan umum. Jilbab bukan sekedar urusan busana, tetapi melambangkan keislaman seorang perempuan. Sekaligus sebagai simbol kesalehan dan ketaatan muslimah kepada Allah SWT.

Namun seiring berkembangnya zaman, terutama di dunia fashion, kesakralan jilbab ini telah mengalami distorsi, dengan alasan mode untuk jilbaber pemula. Bahkan ada yang memplesetkan jilbab menjadi jilbobs (berjilbab tapi pakaiannya ketat sampai terlihat lekuk-lekut tubuhnya). Beberapa desainer menyayangkan model berpakaian jilbobs yang berusaha tampil modis tapi justru menodai prinsip dasar Islam.

Dalam sebuah kutipan media, Yuanita Andiani selaku desainer merk Hijmi menuturkan, “Fenomena jilbobs itu benar-benar menyalahi aturan dan sebaiknya jangan ditiru. Jilbab bukan mengenai tren yang hanya ikut-ikutan tetapi memang kewajiban menutup aurat sesuai ajaran agama.”

Dalam sebuah ceramahnya Aa' Gym memberikan perhatian terhadap fenomena berjilbab saat ini. "Kerudung bukan hanya sekedar untuk menutup kepala, tapi kalau bawahannya masih ketat ini sama saja. Ini bukan cara berpakaian seperti yang diajarkan Islam, yang dikehendaki Allah," tuturnya.

Biasanya, para muslimah yang menggunakan pakaian jilbobs, rajin mengunggah fotonya di media sosial. Mereka ingin memamerkan busana muslimah mereka kepada khalayak. Selebritis tanah air juga sering mengunggah fotonya saat mencoba-coba untuk berjilbab.

Oke gaes itulah perjalanan revolusi jilbab, hingga saat ini.

Sekarang aku ingin bahas tentang Noy, saat Meet & Greet di nobar kedua film KMGP di CGV Blitz Festive Walk - Karawang. Noy mengatakan bahwa melalui film ini dia telah mendapatkan hidayah. Sebelum casting film ini, rambutnya panjang, pirang, anak gaul. Noy kuliah di Trisakti semester 5 jurusan ekonomi management, teman-temannya gaul. Noy juga bukan dari lingkungan yang agamis. Dia sangat bersyukur bisa bergabung di film KMGP.

Di KMGP Noy menjalani proses karantina selama 3 bulan, setelah lolos dari 1800 peserta casting. Disitu dia mendapatkan banyak teman yang saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Pengakuan Noy setelah baca skenario film KMGP, dia benar-benar merasakan sesuatu dorongan yang kuat untuk hijrah, move on kearah yang lebih baik, karena sosok Gita awalnya itu bandel, anaknya tomboi, masih muda, masih bisa main-main, ga kepikiran sampe kapan umur Gita, dan itu menyerap sekali dihati Noy.

(sampai paragraf ini aku jadi ingat lagunya Ungu yang berjudul 'Bila Tiba' yang liriknya seperti ini: ...Mati, tak bisa untuk kau hindari, tak mungkin bisa engkau lari, ajalmu pasti menghampiri... Mati, tinggal menunggu saat nanti, kemana kita bisa lari, kita pasti kan mengalami... MATI...)

Lanjut ya gaes... inilah testimoni Noy tentang Jilbab/Hijab :

“Menurut saya jilbab itu bukan menentukan akhlaq kita bagus atau engga, tapi merupakan langkah awal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”

Kalo kata temannya Gita (Tika) di film KMGP 'Leh Uga Tuh"... Kalo kata saya kereeen... ketjeeeh... makjlebs, dalem bingits tuh... sekaligus menjawab sekelompok orang yang mengatakan bahwa jilbab/hijab adalah budaya arab dan perkataan nyinyir lainnya mengenai jilbab/hijab.

Selanjutnya Noy juga mengatakan, “In-sya Allah saya pakai jilbab dari hati, bukan ingin dilihat orang atau untuk menaikkan film KMGP 2. Justru saya takut kalau saya mempublikasikan pakai hijab, walaupun setelah memakai hijab banyak tawaran yang menghampiri saya."

Ketika ada yang menanyakan bagaimana perasaannya setelah memakai hijab? Noy mengatakan, "Setelah memakai hijab hati saya merasa tentram, rasanya dosanya seperti hilang satu, satu doang.. satu.. masih banyak dosanya, kan kita masih berproses.."

"Untuk itu mohon do’anya supaya tetap istiqomah. Sekarang ini saya sedang mencari dan bergaul dengan komunitas-komunitas yang dapat menguatkan iman, supaya tetap istiqomah," lanjut Noy.

Itulah gaes sedikit liputanku mengenai Noy saat Meet & Greet di nobar kedua film KMGP di Karawang (Ahad, 20/3/2016) yang lalu. Noy seorang gadis tomboy yang kini tengah berproses untuk menutup aurat. Walaupun sudah memakai hijab, ceplas-ceplos dan tomboy nya masih dapet.. aku menyebutnya "Tomboy tapi Syar'i" (Leh Uga Tuh.. heheee...).

Naah lalu apa hubungannya Noy dan Revolusi Jilbab di Era Digital ???

Noy dan Revolusi Jilbab di Era Digital

Sebelumnya aku minta maaf dulu kepada Noy (Dek Manis/Gita). Ini hanya pengamatanku, sementara aku bukan ilmuwan, bukan peneliti, bukan pakar, bukan artis, dlsb. Aku adalah Mas Djoen/@masjunkaraba yang hanya seorang kuli pabrik yang hobinya akhir-akhir ini nulis di kompasiana (kompasianer), dan membantu liputan teman-teman yang punya media online, serta pesbuker. Maafkan aku ya dek manis... heheee... :)

Sebelum Noy kita semua sudah mengetahui ada Inneke Koesherawati, Dewi Sandra dan artis-artis lainnya yang berhijrah untuk memakai hijab. Namun di tulisan ini aku memilih Noy untuk menjadi bahan tulisanku, alasannya selain Noy masih muda (20 tahun), gaul, tomboy nya masih dapet, tapi tomboy yang syar'i (In-sya Allah), juga bertemu langsung saat Meet & Greet di nobar kedua film KMGP di Karawang.

Pertama mengenai fenomena jilbobs, menurut pengamatanku di IG Noy atau KMGP The Movie, in-sya Allah setelah memutuskan untuk berhijab, pakaian-pakaian yang dikenakan Noy jauh dari kesan jilbobs. Walaupun jilbab yang dikenakan Noy jilbab yang modis, tapi menurutku masih sopan, anggun, kereeen dan ketjeeeh beud... :)

Aku pribadi merasa yakin dengan kesungguhan Noy berhijab, kemudian ditengah-tengah komunitas KMGP dan komunitas hijaber lainnya, Noy akan terus berproses kearah yang lebih baik. Minimal keyakinanku merupakan salah satu do'a buat dek manis, Aquino Umar. Memang tidak mudah berhijrah di era digital seperti ini, terutama bagi kaum wanita yang ingin istiqomah menggunakan hijab. Ada beberapa contoh artis yang tadinya berhijab, kini dilepas, dengan alasan yang mereka buat.

Di lingkungan KMGP selain mengasah seni peran, Noy dan artis-artis lainnya juga mendapatkan tausiyah keislaman yang dikemas secara anak muda bangets, sehingga bisa lebih mengena dihati mereka. Dan setelah memutuskan untuk berhijab inilah justru tantangan akan lebih dahsyat di era digital seperti ini, selain nikmat berbagai tawaran yang sudah dirasakan oleh Noy sejak memutuskan untuk berhijab.

“Menurut saya jilbab itu bukan menentukan akhlaq kita bagus atau engga, tapi merupakan langkah awal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”

Dengan testimoni atau statement Noy saat Meet & Greet di Karawang itulah yang akan mendobrak kembalinya "Revolusi Jilbab di Era Digital" di zaman seperti ini. Entah secara sengaja atau tidak, tanpa bermaksud menggurui, Noy telah memberikan inspirasi kepada remaja-remaja dan anak-anak muda, khususnya kaum hawa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui jilbab/hijab.

Semoga istiqomah yah dek manis... Salam Indonesia Gagah...!!!

Sekian.

Karawang, 23 Maret 2016
Mas Djoen/@masjunkaraba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar